Pasca perang Uhud kedua dan perang Bani Mustholiq, Yahudi Bani Qoinuqo dan Bani Nadhir yang telah diusir dari Madinah, merencanakan balas dendam kepada Nabi Muhammad SAW.
Mereka bersekutu dengan kaum Quroisy-Makkah untuk menyerbu Madinah. Kalangan hartawan Makkah membantu dengan menyerahkan harta dan dana besar. Pasukan perang mereka juga dibantu pasukan Tihamah, Kinanah, Nejed dan pemanah-pemanah terbaik Yahudi, tentara-tentara Quroisy terlatih, budak kulit hitam yang ahli lempar lembing dan kuda-kuda tangguh. Pasukan besar tersebut dikomandoi Abu Sufyan.
Paman Nabi yang juga intelejen kaum muslimin, Abbas, mengirimkan pesan rinci mengenai persiapan penyerbuan Madinah tersebut. Mengetahui hal itu, Nabi Muhammad SAW bermusyarah mengenai strategi menghadapi musuh.
Setelah muncul banyak pendapat, akhirnya dipilih strategi yang diusulkan Salman Al-Farisi yang berasal dari Persia. Strategi yang belum pernah digunakan bangsa Arab, yaitu menggali parit agak lebar dan dalam di perbatasan Madinah. Penggalian parit itu membuat orang-orang Quroisy tidak bisa menyebrangi pada saat perang berlangsung. Jika menyeberang, mereka akan menghadapi hujan panah pasukan muslim.
Pada akhirnya pasukan Quroisy hanya bertahan di sekitar medan pertempuran, padahal perbekalan semakin menipis. Sekutu Quroisy seperti Bani Sulaim juga mulai menarik pasukannya, dan kondisi kuda-kuda melemah karena tidak ada makanan. Kekuatan koalisi Quroisy-Yahudi sendiri pada akhirnya terpecah, dan akhirnya mundur dari medan perang.
“MUHAMMAD THE MESSENGER”- Abdurrahman Asy-Syarqawi
No comments:
Post a Comment