Saturday, January 25, 2014

Berbisnis untuk Menolong Agama Allah


Ia sama sekali tak memiliki latar belakang pendidikan atau pengalaman di bidang bisnis. Namun, ia mantap meninggalkan pekerjaannya yang cukup mapan di perusahaan penerbangan demi mendapatkan kenyamanan beribadah.

Ir. Djoko Sasongko, alumnus teknik fisika Institut Teknologi Bandung (ITB) ini sudah 16 tahun terjun di bidang penerbangan. Pekerjaan mengharuskannya sering menetap di luar negeri. Tak dinafikan, limpahan materi ia terima. Dalam sebulan, misalnya, ia bisa menabung 100 juta rupiah. Namun, jiwanya tak tenang. Bekerja di negara di mana Muslim menjadi minoritas, membuatnya tak leluasa untuk beribadah.

Selain soal ibadah, sistem kontrak yang diterapkan perusahaan pun menimbulkan ketidakpastian posisi, karena sewaktu-waktu kontraknya bisa saja diputus. “Kalau saya punya penghasilan 10 juta rupiah per bulan, saya akan tinggalkan pekerjaan ini,” pikirnya, suatu ketika.

November 2003, Djoko dan istrinya, Ir. Hj. Prawestri mantap membangun bisnis dengan membuka toko perlengkapan Muslim bernama Amanah Muslim di Pasar Baru Trade Center, Bandung, Jawa Barat.

Meski hanya menempati kios berukuran 6,25 meter persegi dan menjual sedikit barang, ia tak ragu mendeklarasikan impiannya untuk membangun Amanah Muslim menjadi one stop shopping berbagai perlengkapan ibadah kaum Muslim dan mempromosikannya di media massa. Pada awal membangun bisnis, Prawestri-lah yang focus mengelola toko. Sedangkan Djoko masih bekerja di PT Dirgantara Indonesia dan sesekali bekerja di luar negeri.

Mencari Akhirat

Bukan tanpa alasan jika akhirnya Djoko membuka toko perlengkapan Muslim –terinspirasi oleh Raja Abdullah bin Abdul Aziz dari Arab Saudi yang mendapat gelar Khadimul Haramain (pelayan dua Tanah Suci, yakni Makkah dan Madinah)− maka ia pun ingin menjadi pelayan bagi saudara sesama Muslim yang ingin beribadah.

Oleh karena itu, ia menjual barang dengan harga relative murah sehingga terjangkau bagi konsumen. Dengan begitu, ia berharap bisa turut membantu kaum Muslim yang ingin beribadah. Melalui bisnis, ia tak hanya mencari dunia, tapi juga akhirat.

“Subhanallah, dengan membatasi profit yang lebih tipis, kemajuannya seperti berlari. Allah memberi banyak kemudahan yang kalau dengan hitunghitungan logika tidak nyambung. Bayangkan, yang semula targetnya hanya 10 juta, sekarang insya’ Allah apa yang saya capai (dulu) di luar negeri pun sudah mulai terjangkau. Semua ini tidak akan bisa, kalau bukan karena (izin) Allah,” ujar ayah dua anak ini.

Dari lima toko −yang menjual perlengkapan haji dan umrah, pakaian anak, busana Muslim dan toko buku− kini Djoko meraih omset sekitar 600 juta rupiah per bulan. Jatuh bangun dalam bisnis yang diperkirakan terjadi selama tiga tahun pertama, nyatanya hanya dalam waktu 1,5 tahun penghasilan bisnis Djoko sudah melampaui target 10 juta rupiah per bulan.

Untuk Agama Allah

Ketika membangun bisnis dengan bendera Amanah Muslim, Djoko menetapkan visi yang sangat penting, yakni ia ingin mendedikasikan penghasilan bisnisnya untuk agama Allah.
 

Ia percaya pada janji Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah Al Baqarah [2] ayat 245: “Barangsiapa yang member pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik maka Allah akan Melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizqi) dan kepadaNya-lah kamu dikembalikan.”

Pun, yang termaktub pada surah Muhammad [47] ayat 7, “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”

Pada akhirnya, visi itu terefleksi dari berbagai upaya yang dilakukan Djoko dalam berbisnis. Selain menawarkan harga produk yang relatif murah, ia pun memenuhi janjinya untuk menolong agama Allah dengan selalu menyisihkan penghasilannya untuk bersedekah. Pun, memberangkatkan beberapa relasi untuk umrah. Tahun depan, Djoko berharap bias mengumrahkan karyawannya.

Bagi Djoko, membangun bisnis ia ibaratkan seperti membangun masjid. Ia harus membuatnya semegah mungkin dan bermanfaat bagi orang banyak. Berbeda halnya dengan rumah, ia memilih hidup sederhana. Karena prinsip Djoko, ia hanya menumpang hidup di dunia ini. Jadi, ia tak ingin menjalani gaya hidup yang tidak bisa ia pertanggungjawabkan di hadapan Allah. “Karena itulah, hasil utama bisnis ini kami pakai untuk menolong agama Allah,” ujar pria yang lahir dari keluarga berada ini.




 One Stop Shopping
 
Belasan tahun bekerja di industri penerbangan yang kompetitif dan inovatif, membuat Djoko datang ke dunia bisnis dengan persiapan matang. Ia membuat perencanaan bisnis dengan target dan langkah-langkah yang jelas agar bisa mewujudkan impiannya menjadikan Amanah Muslim sebagai one stop shopping center untuk keperluan ibadah kaum Muslim.

Kepada pengembang (developer), Djoko menggagas ide untuk menjadikan lantai empat di Pasar Baru berkonsep sentra perlengkapan Muslim. Salah satu cara untuk merealisasikan ide itu Djoko menyarankan diselenggarakannya pameran haji dan umrah di gedung tersebut dengan menggandeng beberapa pengusaha biro perjalanan haji dan umrah. Maka, blok yang semula menjadi area ‘mati’, perlahan mulai ‘hidup’.

Strategi Bisnis

Biasa bekerja sebagai karyawan dengan nilai penghasilan yang pasti setiap bulannya, membuat Djoko kaget menghadapi ketidakpastian pendapatan dalam bisnis. Oleh karena itu, ia coba membuat terobosan dengan mulai merambah bisnis perlengkapan haji dan umrah. Meski haji memang terbilang musiman, namun umrah berlaku sepanjang tahun.

Pertumbuhan ekonomi masyarakat menengah atas yang cukup pesat juga membuat umrah menjadi hal yang lazim dilakukan. “Kalau dulu konsumen yang belanja senilai satu juta rupiah ke atas itu jarang, sekarang sudah luar biasa banyak.” Ditambah lagi dengan antrean panjang ibadah haji membuat mereka yang tak sabar ingin ke Tanah Suci memutuskan untuk umrah terlebih dulu.

Agar memperoleh pendapatan yang tetap, Djoko juga menggagas ide menjadi loper koran. Djoko melihat tiga ribu pedagang yang ada di Pasar Baru sangat potensial untuk menjadi pelanggan surat kabar. “Kalau sepuluh persen saja dari mereka berlangganan maka ada pemasukan yang tetap. Sekarang bisnis loper Koran dipegang oleh karyawan dan hasilnya juga untuk mereka.”


 Plan B

Meski terlihat bertolak belakang dengan latar belakang pendidikan dan profesi sebelumnya, Djoko mengakui dengan latar belakang berbeda itu ia justru mendapat banyak keuntungan. Pendidikan misalnya, berkontribusi memperluas wawasannya sehingga ia bisa melihat permasalahan sebagai potensi dan lebih siap menghadapi perkembangan ke depan.

Dari pekerjaannya di industry pesawat terbang selama belasan tahun, ia belajar menjadi pengambil risiko (risk taker) yang berani dan penuh optimisme. Tentu saja sikap optimistis yang juga dibarengi dengan ikhtiar dan perencanaan yang baik. Dari ilmu pesawat terbang, ia juga belajar tentang mendesain sistem dengan tingkat kegagalan yang minimal. “Jika ada sistem di pesawat terbang yang tak berfungsi maka pesawat akan celaka/jatuh. Dengan demikian, kita harus merancang sistem yang hamper tidak pernah gagal. Karena, kalau yang mutlak tak pernah gagal kan hanya Allah,” ujar pria kelahiran Blitar, 17 Mei 1960.

Akan tetapi, secerdas dan sehebat apapun manusia merancang sebuah rencana, hasil akhirnya Allah yang menentukan. Terbiasa mengandalkan logika, Djoko pernah alpa menyadari hal ini. Pada tahun 2011, rencana bisnis yang sudah ia rancang dengan matang nyatanya meleset dari perkiraan. Semua jurus sudah ia keluarkan, tapi tak juga bias mengatasi masalah. Hal yang terlihat mudah, malah menjadi sulit.

Jika biasanya ia hanya harus mengeluarkan plan B, ketika rencana pertama tak berhasil, kali itu semua rencana yang ia buat menghadapi jalan buntu. Akibatnya, ia stres bahkan sempat dirawat di rumah sakit. Dokter memberinya obat penenang, antimual, serta memberinya obat tidur. Sepulangnya dari rumah sakit, Djoko mulai menyadari semua yang menimpanya itu datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Saat itulah ia memutuskan untuk umrah. Ia ingin bisa lebih mendekatkan diri padaNya. Meski saat itu ia tengah kesulitan keuangan, anehnya tatkala berniat umrah, segalanya dimudahkan oleh Allah. Bisnisnya kembali berjalan lancar bahkan pendapatannya lebih banyak sehingga ia bisa membayar biaya umrah. Meski sudah pernah berhaji, umrah kali itu ia rasakan luar biasa nikmat.

“Saya menangis di depan Ka’bah. Padahal ketika haji, saya heran kok bisa orang menangis seperti itu di depan Ka’bah. Saat itu hati saya benar-benar tergetar. Saya lepaskan semua unekunek dan menyadari bahwa semua ini datangnya dari Allah. Saya ikhlas dan menerimanya. Setelah itu hingga kini kalau ada permasalahan dan ikhlas, semua akan jadi ringan,” tuturnya.

Membina Karyawan

Menduduki beberapa posisi strategis di perusahaan penerbangan membuat Djoko memiliki banyak anak buah. Namun diakuinya, ada perbedaan mendasar tatkala ia harus membina karyawan tokonya. Ia ingin menciptakan lingkungan kerja yang Islami. Maka, nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kerja sama tim, kebersihan dan kerapian, serta konsistensi pada visi bisnis selalu ia tanamkan pada karyawan. Djoko juga selalu mengingatkan karyawannya agar mereka senantiasa menabung kebaikan, serta tidak sekali pun mengambil sesuatu yang bukan hak mereka.
 

“Kalau standar yang umum kan karyawan sekadar menunaikan kewajiban, selesai. Kalau saya selalu menyarankan, berikan ekstra. Nanti Allah yang berhitung. Insya’ Allah, kelebihan itu akan dikembalikan oleh Allah. Gaji yang diterima pun akan menjadi berkah.” Diakui Djoko, hal itu pula yang ia lakukan ketika masih bekerja di PT Dirgantara Indonesia. Ketika perusahaan vakum karena kekurangan proyek, di saat karyawan\lainnya banyak yang bolos atau bermalas-malasan, ia malah tetap memperkaya diri dengan ilmu. Karena, ia ingin memberikan sesuatu yang lebih pada perusahaan. Hasilnya, setiap kali ada tugas di luar negeri, Djoko selalu terpilih untuk dikirim karena dinilai lebih siap.

Menurut Djoko, kini ia memang perlahan mulai menyerahkan operasional bisnis pada karyawannya. Dua sampai tiga tahun ke depan, istrinya juga akan meninggalkan keterlibatannya di Amanah Muslim. Karena itulah, Djoko tengah mempersiapkan sebuah sistem untuk karyawannya agar siap ditinggalkan sepenuhnya. “Saya punya obsesi untuk terjun ke bidang yang lain, yakni agrobisnis, sekalian pulang kampung ke Blitar,” ujar pria yang rutin menyelenggarakan pengajian untuk karyawannya setiap Jumat pagi.

Menurut Djoko, selama 10 tahun membangun bisnis, ia bersyukur pergerakannya relatif terus naik. Meski begitu, kata Djoko, dalam hidup ini tak cuma materi yang harus meningkat, tapi juga iman, takwa dan ilmu yang dimiliki. Karena, tak ada yang lebih ia inginkan selain menjadi insan yang selamat dunia dan akhirat.


Sumber: Majalah AuliaEdisi Oktober 2013

Thursday, January 16, 2014

Kemenangan Bizantium




Penggalan berita lain yang disampaikan Al Qur'an tentang peristiwa masa depan ditemukan dalam ayat pertama Surat Ar Ruum, yang merujuk pada Kekaisaran Bizantium, wilayah timur Kekaisaran Romawi. Dalam ayat-ayat ini, disebutkan bahwa Kekaisaran Bizantium telah mengalami kekalahan besar, tetapi akan segera memperoleh kemenangan.

"Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang)." (Al Qur'an, 30:1-4)

Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)

Pendek kata, setiap orang menyangka Kekaisaran Bizantium akan runtuh. Tetapi tepat di saat seperti itu, ayat pertama Surat Ar Ruum diturunkan dan mengumumkan bahwa Bizantium akan mendapatkan kemenangan dalam beberapa+tahun lagi. Kemenangan ini tampak sedemikian mustahil sehingga kaum musyrikin Arab menjadikan ayat ini sebagai bahan cemoohan. Mereka berkeyakinan bahwa kemenangan yang diberitakan Al Qur'an takkan pernah menjadi kenyataan.

Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar Ruum tersebut, pada Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran Bizantium dan Persia terjadi di Nineveh. Dan kali ini, pasukan Bizantium secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia. Beberapa bulan kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Bizantium, yang mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Bizantium. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)

Akhirnya, "kemenangan bangsa Romawi" yang diumumkan oleh Allah dalam Al Qur'an, secara ajaib menjadi kenyataan.

Keajaiban lain yang diungkapkan dalam ayat ini adalah pengumuman tentang fakta geografis yang tak dapat ditemukan oleh seorangpun di masa itu.

Dalam ayat ketiga Surat Ar Ruum, diberitakan bahwa Romawi telah dikalahkan di daerah paling rendah di bumi ini. Ungkapan "Adnal Ardli" dalam bahasa Arab, diartikan sebagai "tempat yang dekat" dalam banyak terjemahan. Namun ini bukanlah makna harfiah dari kalimat tersebut, tetapi lebih berupa penafsiran atasnya. Kata "Adna" dalam bahasa Arab diambil dari kata "Dani", yang berarti "rendah" dan "Ardl" yang berarti "bumi". Karena itu, ungkapan "Adnal Ardli" berarti "tempat paling rendah di bumi".

Yang paling menarik, tahap-tahap penting dalam peperangan antara Kekaisaran Bizantium dan Persia, ketika Bizantium dikalahkan dan kehilangan Jerusalem, benar-benar terjadi di titik paling rendah di bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini adalah cekungan Laut Mati, yang terletak di titik pertemuan wilayah yang dimiliki oleh Syria, Palestina, dan Jordania. "Laut Mati", terletak 395 meter di bawah permukaan laut, adalah daerah paling rendah di bumi.

Ini berarti bahwa Bizantium dikalahkan di bagian paling rendah di bumi, persis seperti dikemukakan dalam ayat ini.

Hal paling menarik dalam fakta ini adalah bahwa ketinggian Laut Mati hanya mampu diukur dengan teknik pengukuran modern. Sebelumnya, mustahil bagi siapapun untuk mengetahui bahwasannya ini adalah wilayah terendah di permukaan bumi. Namun, dalam Al Qur'an, daerah ini dinyatakan sebagai titik paling rendah di atas bumi. Demikianlah, ini memberikan bukti lagi bahwa Al Qur'an adalah wahyu Ilahi.

Tuesday, January 14, 2014

Tentang Obsesi



Obsesi adalah sesuatu yang penting untuk mendorong kita menjadi sukses. Kalau Anda melihat sejarahnya orang-orang sukses, mereka selalu memiliki obsesi tinggi terhadap segala hal dalam kehidupan ini. Biasanya a high achiever atau orang yang berhasil mencapai apa yang diinginkannya mempunyai karakterisitik yang unik.

Pertama, pada saat melihat kesempatan yang menurut dia benar, selalu ia manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kedua, dia selalu melihat persoalan-persoalan yang ada hubungannya dengan goal atau tujuan yang ingin dia capai. Dia juga selalu menghindari untuk melakukan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan untuk mendekatkan dia pada goal yang ingin dicapai. Ketiga, ia selalu memanfaatkan waktunya untuk mencapai hal-hal yang benar-benar ingin dicapainya.

Kita percaya bahwa orang yang sukses itu selalu mempunyai obsesi dalam kehidupannya. Obsesi tersebut biasanya sangat tinggi. Obsesi tersebutlah yang membuat drive atau dorongan mereka mau untuk mencapai apa yang diinginkan. Jadi, yang penting adalah bukan bagaimana mencapai sesuatu itu, tetapi lebih dari itu adalah apa yang ingin kita capai. Mereka selalu bekerja demikian kerasnya untuk mencapai obsesi yang diinginkannya itu.

Hal yang paling penting dalam “Rahasia Sukses Berbisnis” adalah mencoba untuk melihat dalam setiap hari kehidupan kita. Hal-hal apa yang seharusnya kita lakukan supaya kita lebih mendekatkan diri pada sukses tujuan kita.

Kemudian, jika kita telah mengetahui apa yang menjadi obsesi kita, selanjutnya adalah menghindari apa yang melemahkan kita atau yang tidak ada gunanya terhadap tujuan kita. Terakhir atau ketiga adalah memanfaatkan seluruh waktu kita untuk bekerja sekeras-kerasnya untuk mencapai hal-hal yang kita inginkan itu. Jadi, kita harus mencoba untuk setiap hari selalu maju lebih dekat terhadap goal atau tujuan atau obsesi yang kita inginkan dalam hidup ini. Setiap hari kita harus bergerak maju dan bukannya mundur dalam action-action yang kita lakukan terhadap goal yang akan kita capai itu.

Semoga bermanfaat untuk mendorong Anda menjadi orang-orang yang sukses


Monday, January 13, 2014

Mengukur Sebuah Kejujuran



Kejujuran adalah tanda bukti keimanan. Orang mukmin pasti jujur. Kalau tidak jujur, keimanannya sedang terserang penyakit kemunafikan. Pernah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: "Apakah mungkin seorang mukmin itu kikir?" Rasul SAW menjawab: "Mungkin saja." Sahabat bertanya lagi: "Apakah mungkin seorang mukmin bersifat pengecut?" Rasul menjawab: "Mungkin saja." Sahabat bertanya lagi, "Apakah mungkin seorang mukmin berdusta?" Rasulullah menjawab: "Tidak." (HR Imam Malik dalam kitab al Muwaththo') 

Inti hadis ini menegaskan, seorang mukmin tidak mungkin melakukan kebohongan. Kejujuran adalah pangkal semua perbuatan baik manusia. Tidak ada perbuatan dan ucapan baik kecuali kejujuranlah yang mendasarinya. Oleh sebab itu, Allah menyuruh orang-orang mukmin agar selalu berkata benar dan jujur. "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang jujur/benar." (al-Ahzab [33]: 70). 

Rasulullah bersabda: "Kamu sekalian wajib jujur karena kejujuran akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan membawa kepada surga." (HR Ahmad, Muslim, at-Turmuzi, Ibnu Hibban) Kejujuranlah yang menjadikan Ka'b bin Malik mendapat ampunan langsung dari langit sebagaimana Allah jelaskan dalam surah at-Taubah. 

Kejujuranlah yang menyelamatkan bahtera kebahagiaan keluarga dan kejujuran pulalah yang menyelamatkan seorang Muslim dari siksa api neraka di kemudian hari. Kejujuran adalah tiang agama, sendi akhlak, dan pokok kemanusiaan manusia. Tanpa kejujuran, agama tidak lengkap, akhlak tidak sempurna, dan seorang manusia tidak sempurna menjadi manusia. 

Di sinilah urgensinya kejujuran bagi kehidupan. Rasulullah pernah bersabda, "Tetap berpegang eratlah pada kejujuran. Walau kamu seakan melihat kehancuran dalam berpegang teguh pada kejujuran, tapi yakinlah bahwa di dalam kejujuran itu terdapat keselamatan." (HR Abu Dunya)

Ada tiga tingkatan kejujuran: Pertama, kejujuran dalam ucapan, yaitu kesesuaian ucapan dengan realitas. (lihat ash-Shaff [61]: 2 dan al-Ahzab [33]: 70). Kedua, kejujuran dalam perbuatan, yaitu kesesuaian antara ucapan dan perbuatan. Ketiga, kejujuran dalam niat, yaitu kejujuran tingkat tinggi di mana ucapan dan perbuatan semuanya hanya untuk Allah SWT. 

Seorang mukmin tidak cukup hanya jujur dalam ucapan dan perbuatan, tapi harus jujur dalam niat sehingga semua ucapannya, perbuatannya, kebijakannya, dan keputusannya harus didasarkan atas tujuan mencari mardlotillah. Kejujuran inilah yang mendorong Umar bin Khattab memiliki tanggung jawab luar biasa dalam memerintah khilafah Islamiyah sehingga pernah berkata: "Seandainya ada seekor keledai terperosok di Baghdad (padahal beliau berada di Madinah), pasti Umar akan ditanya kelak: "Mengapa tidak kau ratakan jalan untuknya?" Bangsa yang tak henti-hentinya diterpa musibah dan krisis sangat membutuhkan manusia-manusia jujur, baik dalam ucapan, perbuatan, maupun niat. Wallahu a'lam bis shawab. 

 Sumber: ROL