Perang Parit dimana kaum muslimin menggali parit di perbatasan kota Madinah sebagai strategi pertahanan, ternyata sangat menyulitkan pasukan sekutu Yahudi-Quroisy.
Mereka tidak bisa menyebrangi parit yang lebar dan dalam, karena akan diserang pasukan panah kaum muslimin. Kondisi tersebut menciptakan situasi perang dimana masing-masing pihak dalam posisi bertahan, saling menunggu.
Dalam kondisi seperti itu, salah satu yang memiliki andil penting bagi kesuksesan kaum muslimin adalah Nu’aim bin Mas’ud, pemimpin Bani Ghatafan-sekutu Quroisy.
Awalnya para sahabat curiga pada Nu’aim yang tanpa diketahui orang-orang Quroisy, masuk Islam dan ingin membantu pasukan muslim. Nu’aim, sosok yang cerdas, menjalankan strateginya sendiri memecah koalisi Yahudi dan Quroisy.
Secara diam-diam kepada setiap kubu, Nua’im menyarankan untuk meminta jaminan kepada kubu lain agar tidak mengkhianati persekutuan dan tidak akan mundur dari perang. Namun, Nua’im juga menghasut, agar setiap pihak tidak menyerahkan jaminan apapun, jika ada yang meminta orang sebagai jaminan koalisi.
Para pemimpin Yahudi dan Quroisy mempercayai kata-kata Nu’aim, kemudian saling meminta jaminan dan tidak ada satu pihak pun yang menyerahkan jaminan itu. Akibatnya koalisi Yahudi-Quraisy pecah karena tidak lagi saling percaya.
Pasukan sekutu akhirnya menarik diri dan kaum Muslimin menang. Kemenangan tersebut semakin membuat kaum muslim disegani, dan da’wah Islam semakin dihormati di wilayah Arab.
“MUHAMMAD THE MESSENGER”- Abdurrahman Asy-Syarqawi
No comments:
Post a Comment