Sunday, December 8, 2013

Kisah Rasulullah Keuntungan Politis Di Balik Kesepakatan Hudaibiyyah



Perjanjian damai Hudaibiyyah antara kaum muslimin dengan kaum musyrikin-Quroisy membuat kedua pihak yang bermusuhan melakukan gencatan senjata.

Bagaimanapun, sebagian sahabat tidak puas dengan kesepakatan itu yang dinilai merugikan kaum muslimin. Nabi SAW berupaya meyakinkan bahwa kaum muslimin kelak akan mendapatkan keuntungan politis.

Dengan perjanjian tersebut, orang-orang Quroisy tidak lagi memiliki peluang menghancurkan kaum muslimin. Suku-suku Arab yang bergabung dengan nabi, lebih aman dari ancaman pemerintah Quroisy. Kaum muslimin juga lebih terlindungi mengembangkan keyakinannya. Perjanjian Hudaibiyyah juga secara tidak langsung mengisolasi kaum Quroisy dari kaum Yahudi. Karena saat itu ada potensi orang-orang Yahudi Khaibar akan menyerbu Madinah, dan mereka dapat bersekutu dengan orang-orang Quroisy jika tidak ada perjanjian Hudaibiyyah.

Setelah memberi penjelasan itu, Nabi SAW memerintahkan para sahabat untuk melepas pakaian ihrom dan bersiap-siap kembali ke Madinah. Namun para sahabat masih tetap menginginkan nabi pergi ke Makkah walaupun sendiri. Cukup lama para sahabat menggerutu. Penolakan kaum muslimin tersebut membuat beliau sedih karena perintahnya tak diindahkan.

Beliau menceritakan kesedihannya itu kepada istrinya, Ummu Salamah. Ummu Salamah menenangkan nabi dan menyarankan sebaiknya beliau bertahallul di hadapan para sahabat. Karena tindakan berpengaruh jauh lebih kuat daripada perkataan. Maka di hadapan para sahabat, Nabi SAWbertahallul (mencukur rambut), kemudian menyembelih hewan kurban. Melihat nabi melakukan hal itu, para sahabat mengikutinya tanpa menolak lagi.

“MUHAMMAD THE MESSENGER”- Abdurrahman Asy-Syarqawi

No comments:

Post a Comment