Friday, December 6, 2013

Kisah Rasulullah Isi Kesepakatan Damai Hudaibiyyah


Perjanjian damai Hudaibiyyah antara kaum muslimin dan kaum musyrikin-Quroisy diwarnai masalah saat perundingannya.

Nabi SAW menyuruh Ali bin Abi Tholib menuliskan kalimat pembuka “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”, delegasi Quroisy menolaknya. Dengan alasan, mereka tidak mengenal sebutan ‘Yang Maha Pengasih-Maha Penyayang’. Pihak Quraisy meminta kalimat “Dengan namamu Ya Allah”. Nabi setuju.

Saat nabi menyuruh Ali menulis “Ini adalah perjanjian damai yang ditetapkan Muhammad Rosululloh”, lagi-lagi delegasi Quroisy menolak. Penyebutan Rosulullah akan bermakna pihak Quraisy mengakui kerosulan Nabi. Mereka meminta Nabi menulis nama beliau saja dan nama ayahnya. Nabi kemudian menyuruh Ali menghapus kata ‘Rosululloh’, diganti dengan ‘Muhammad bin Abdulloh’. Tetapi Ali menolak dengan kesal, sehingga Nabi menuliskannya sendiri.

Umar yang juga menyaksikan itu tidak mampu mengendalikan marahnya, karena merasa Nabi didikte oleh orang-orang Quroisy. Kepada Umar Nabi SAW berkata, “Aku adalah hamba Allah dan utusanNya. Aku tidak akan pernah melanggar perintahNya. Aku yakin Allah tidak akan menyia-nyiakan diriku”.

Isi perjanjian Hudaibiyyah antara lain menetapkan kedua pihak melakukan gencatan senjata selama satu tahun. Siapapun yang mendatangi Muhammad tanpa seizin walinya, Muhammad harus mengembalikan orang itu kepada pihak Quroisy. Tapi siapapun dari pihak Muhammad yang mendatangi Quroisy, orang-orang Quroisy tidak akan mengembalikannya kepada Muhammad.

Berdasarkan perjanjian pula, nabi dan rombongan kaum muslimin harus pulang pada tahun itu dan baru kembali tahun depan untuk berhaji, itupun selama tiga hari saja dengan membawa senjata hanya untuk perlengkapan perjalanan. Demikian isi perjanjian Hudaibiyyah pada 6-Hijriyah.

“MUHAMMAD THE MESSENGER”- Abdurrahman Asy-Syarqawi

No comments:

Post a Comment