Dalam rangka membangun kehidupan baru kaum muslim di Madinah setelah hijrah, kaum Muhajirin dan Anshor yang berkecukupan berusaha sekuat tenaga mengangkat saudara sesama muslim pada tingkat yang lebih baik.
Para saudagar Madinah yang sebagian besar kaum Yahudi, merasa terancam oleh pola hubungan sosial yang dikembangkan Nabi Muhammad SAW. Orang kaya harus memberi makan dan pakaian kepada orang miskin, para majikan harus memenuhi hak buruhnya, dan lainnya. Mereka harus melakukan sesuatu untuk mengatasi hal tersebut.
Maka para saudagar Yahudi-Madinah itu mulai menyebarkan fitnah untuk memojokkan Nabi SAW. Upaya ini didukung tokoh Madinah, Abdulloh bin Ubay, yang sejak lama memimpikan menjadi pemimpin di Madinah dan ia telah mempersiapkan diri untuk posisi itu. Namun ia batal menjadi pemimpin kedatangan Nabi Muhammad SAW. Orang-orang Madinah yang telah beriman berpaling pada Nabi Muhammad SAW menyebabkan rencana Abdulloh bin Ubay gagal.
Menyadari hal tersebut Rasulullah SAW berbelas kasih kepada Abdulloh bin Ubay dan tetap menjaga hubungan baik dengannya.
Mengetahui fitnah yang dihembuskan para saudagar kaya Yahudi dan Abdulloh bin Ubay, Nabi Muhammad SAW tidak menghadapi mereka secara frontal. Prioritas beliau adalah menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang di kalangan penduduk Madinah seperti kesuksesan beliau menyatukan dua suku Madinah, Aus dan Khozroj yang telah sejak lama konflik.
Nabi merasa harus mengintegrasikan warga Madinah agar kaum Muslim memiliki kekuatan menghadapi orang-orang Quroisy, mencegah mereka menyusup ke dalam celah-celah di antara kaum muslimin dengan penduduk Madinah.
“MUHAMMAD THE MESSENGER’- Abdurrahman Asy-Syarqawi
No comments:
Post a Comment