Friday, April 18, 2014

SANG FILOSOF DUNIA USAHA


Setiap manusia statusnya selalu meningkat dari waktu ke waktu. Saat dilahirkan, statusnya adalah anak dari sang ayah. Saat mulai besar dan bersekolah, statusnya menjadi murid seorang guru, kakak dari sang adik, kemudian suami dari seorang istri, orang tua dari anaknya, dan seterusnya. Setiap bertambahnya satu status, maka kewajiban seseorang pun akan bertambah satu. Setiap orang harus tahu apa kewajiban dan statusnya. Jika sampai ia tidak mengerti apa status dan kewajibannya berarti ia tidak memiliki jiwa leadership.

Untuk menjalankan kepemimpinan di rumah, seorang suami harus memiliki tanggung jawab. Demikian juga seorang karyawan terhadap perusahaannya. Tanggung jawab akan menumbuhkan rasa hormat. Seseorang tidak dapat memaksakan orang lain untuk hormat kepadanya. Hanya dengan memenuhi tanggung jawabnya itulah rasa hormat akan datang pada dirinya. Setelah tanggung jawab itu terpenuhi sesuai dengan tuntutan statusnya, pada satu titik kehidupan, seseorang harus bertanggung jawab pada lingkungan sosial sekitarnya. Karena itulah, pada saat Mochtar masuk ke dalam dunia perbankan, ia mulai bertanya pada dirinya sendiri, “kamu mau jadi bankir yang baik atau bankir yang berhasil?”. Karena selama seseorang bisa menghasilkan uang, maka orang itu akan disebut sebagai bankir berhasil. Namun bankir yang baik adalah hal yang lain. Bankir yang baik haruslah seseorang yang mengarahkan uang masyarakat untuk mendanai hal-hal yang baik dan berguna. Contohnya, jika suatu perusahaan yang menjadi nasabahnya ingin membangun pabrik dengan menggunakan pinjaman bank, namun pabriknya akan mencemari lingkungan, maka seharusnya bank tersebut tidak mendanainya. Karena keuntungan tidak boleh menjadi alasan satu-satunya pencairan suatu pinjaman,

Walaupun banyak bisnis Mochtar Riady yang dimulai dari situasi “terpaksa”, tetapi umumnya bisnis-bisnis tersebut sukses meraih keuntungan. Menurut Mochtar Riady itu lebih dikarenakan ia meluangkan waktu yang cukup banyak untuk berfokus dan menganalisa semua aspeknya. Sehingga ia jadi tahu kekuatan dan kelemahannya. Filsuf Lao Tze mengatakan, “Memenangkan orang lain adalah kekuatan, namun memenangkan diri sendiri adalah kebijaksanaan”. Mengetahui kelemahan orang lain adalah pintar, namun mengetahui kelemahan sendiri adalah kebijaksanaan. Mencukupi diri sendiri adalah kaya, namun mencukupi orang lain adalah kebijaksanaan. Kebijaksanaan tidak pernah datang dengan sendirinya, tetapi harus dicari, dipelajari melalui pengalaman, dan dilaksanakan. Kebijaksanaan adalah salah satu modal seorang entrepreneur. Ia mungkin tidak mengetahui banyak hal dalam bisnis baru, tetapi melalui kebijaksanaan ia bisa menggerakkan orang lain untuk mewujudkan visi entrepreneurshipnya.

Tentang regenerasi, Mochtar mengatakan bahwa banyak orang yang tidak tahu diri. Sudah berusia 60 tahun lebih, tetapi menganggap dirinya muda. Padahal kapan pun mereka bisa “berpulang”. Perusahaan yang dibangun dengan tanpa menyiapkan generasi penerus akan menjadi bom waktu bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Sebagai pemimpin, seseorang harus bertanggung jawab menyiapkan penggantinya. Makannya di group Lippo, Mochtar Riady dan keluarganya tidak menduduki jabatan apapun dalam perusahaan. Semua dijabat oleh para professional. Dalam sebuah jamuan makan yang diadakan oleh Juwono Sudarsono (Menteri Pertahanan RI), Mochtar Riady menjelaskan pandangannya mengenai RRC yang dahulu kondisinya lebih carut-marut daripada Indonesia, tetapi kini telah tumbuh sedemikian pesat. Padahal kondisi Indonesia lebih baik dari RRC pada masa itu. Sehingga jika RRC bisa berubah, Mochtar pun sangat optimis Indonesia pasti akan bangkit kembali. Tetapi kebangkitan itu seringkali terjadi ketika ada suatu tekanan. Sehingga sikap Pemerintah yang selalu memberikan proteksi, yang memanjakan masyarakat, justru akan membuat kita tidak mampu menghadapi persaingan

No comments:

Post a Comment