Di masa awal da’wah Islam, Nabi Muhammad SAW sempat pergi ke Tho’if dalam situasi berduka setelah ditinggal wafat Abu Tholib pamannya dan istrinya, Siti Khodijah.
Berharap da’wah di Tho’if mendapat sambutan baik, yang terjadi justru penolakan dan permusuhan sengit dari penduduk Tho’if. Akhirnya beliau kembali ke Makkah.
Nabi mengunjungi para saudagar asing di sekitar Ka’bah dan menyampaikan ajaran Islam. Esoknya seorang diri tanpa Hamzah ataupun Umar, Nabi SAW menemui para pemuka Quroisy di sekitar Ka’bah. Jumlah mereka sekitar sepuluh orang, terdiri dari pemimpin, para jagoan penunggang kuda dan pembantunya.
Nabi SAW berkata “Wahai orang-orang Quroisy, aku datang untuk memenggal leher kalian”. Diluar dugaan para pemuka Quroisy itu bungkam tidak berkata apa-apa dan tidak mengambil tindakan apapun kepada nabi.
Bagaimanapun para pemuka Quroisy bertekad melakukan tindakan keras. Saat Nabi sholat di Maqom Ibrahim mereka melompati beliau. Utbah bin Robi’ah menjeratkan selendang nabi ke leher beliau saat rukuk, menariknya hingga nabi terjatuh, sementara orang-orang Quroisy lainnya memukuli nabi.
Seseorang yang melihat nabi dizalimi, mencari Hamzah dan Umar namun mereka sedang tidak berada di Makkah, kemudian menyusul Abu Bakar yang juga sempat terkena pukulan Utbah.
Tiba di rumah, Nabi SAW disambut tangis putrinya karena melihat baju ayahnya robek dan wajahnya merah lebam, memar akibat pukulan. Sambil merawat luka-luka itu, putri beliau menyarankan agar beliau menikah lagi dan menyarankan Aisyah, putri Abu Bakar. Nabi Muhammad SAW pun kemudian melamar Aisyah.
“MUHAMMAD THE MESSENGER” -Abdurrahman Asy-Syarqawi
No comments:
Post a Comment