Maka Allah memerintahkan kita untuk bekerja tulus dan ikhlas karena Allah. Berbuat sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah. Maka sangatlah tidak beruntung kita manakala hidup kita ini untuk kepuasan kita sendiri. Karena pasti tidak langgeng dan pasti akan timbul kerusakan.
Umat Muhammad itu harusnya ibarat lebah madu, yang bermanfaat untuk dirinya, orang lain dan alam sekitarnya. Dimana ada umat Muhammad, tidak ada kerusakan disitu. Tidak ada yang merusak dan tidak ada yang di rusak.
Kenapa kita tidak selamat, karena tidak mengikuti apa yg diperintahkan Allah dan Rasulnya.
Dan Allah perintahkan kita untuk tulus dan ikhlas. Berbuat hanya untuk kebaikan akherat. Dan biarlah balasan dunianya Allah yang menentukan. Kalau pun kita mendapatkan harta dan segala yang ada di dunia ini, maka biarlah itu hanya sebagai imbas. Bukan tujuan.
Maka buat orang yang beriman, segala yang kita dapatkan di dunia adalah imbas. Biasanya imbas dari sesuatu itu lebih besar daripada tujuan. Kalau kita menginginkan akherat, maka dunia pun dapat. Karena dunia hanya imbas dari niat untuk akherat.
Dalam hidup ini ada 2 hamba. Hamba Allah dan Hamba Thaghut. Hamba Allah ini selalu diperhatikanNya. Kalau hamba Thaghut Allah juga kasih tapi tidak diperhatikan.
Wahai diriku, yang mendamba Rahmat Tuhanmu, adalah penting untuk menjadi hamba Allah, agar selamat dunia akherat. Untuk itu manakala memulai sesuatu, mulai lah dengan nama Allah. Memulai dengan nama Allah, artinya juga harus menjalankan sesuatu dengan logika Allah.
Dalam hal memulai sesuatu, Allah berfirman, Allah akan memberikan amanah ( berupa harta, kekuasaan, dll ) kepada orang-orang beriman itu sesuai dengan kadar iman yang ada di dalam diri kita. Kalau mau memberi, Allah lihat-lihat dulu, kalau sekira malah merusak Allah tidak beri. Tapi kalau hamba thaghut Allah memberi, memberi saja. Tidak mempertimbangkan dari sisi RahimNya.
Contoh rejeki, Rejeki itu di dunia ini seperti pesawat besar, berputar-putar di atas siap mendarat. Tapi kalau bandaranya kecil, maka dia tidak mendarat. Karena kalau dipaksakan mendarat, kalau tidak bandaranya rusak pasti pesawatnya yang hancur. Allah akan memberi rejeki hambanya yang beriman dengan melihat kadar besar dan kuatnya bandaranya. Besar dan kuatnya hati hambanya menerima rejekinya. Kalau hamba thaghut Allah tidak perlu melihat kualiats bandaranya ini.
Maka ini menjadi rumus orang beriman. Misalnya dia ingin memulai bisnis. Diperbaiki diri. Siapkan diri untuk menerima rahmat Allah. Karena pada waktu rahmat datang, bercucuran rahmat Allah, bercucuran kekayaan Allah. Karena Allah maha cepat perhitungannya, maka pemberian Allah pun datang begitu cepat. Sampai-sampai yang menerima pun terkesima, karena begitu derasnya rejeki Allah. Asalkan Allah melihat dia siap menerima amanahNya.
Tapi kalau sekira malah merusak ditahanNya. Ditunggunya sampai hambaNya siap. Dan diberiNya sebatas itu tidak merusak.
Maka wahai diri ini sendiri, bina lah akhlak dahulu, perbaiki diri dahulu, sampai siap menerima ketika amanah itu datang. Maka rejeki pun akan datang, sebagai rahmat, bukan malah sebagai batu yang akan menggelincirkan kita di akhir perjalanan...
Umat Muhammad itu harusnya ibarat lebah madu, yang bermanfaat untuk dirinya, orang lain dan alam sekitarnya. Dimana ada umat Muhammad, tidak ada kerusakan disitu. Tidak ada yang merusak dan tidak ada yang di rusak.
Kenapa kita tidak selamat, karena tidak mengikuti apa yg diperintahkan Allah dan Rasulnya.
Dan Allah perintahkan kita untuk tulus dan ikhlas. Berbuat hanya untuk kebaikan akherat. Dan biarlah balasan dunianya Allah yang menentukan. Kalau pun kita mendapatkan harta dan segala yang ada di dunia ini, maka biarlah itu hanya sebagai imbas. Bukan tujuan.
Maka buat orang yang beriman, segala yang kita dapatkan di dunia adalah imbas. Biasanya imbas dari sesuatu itu lebih besar daripada tujuan. Kalau kita menginginkan akherat, maka dunia pun dapat. Karena dunia hanya imbas dari niat untuk akherat.
Dalam hidup ini ada 2 hamba. Hamba Allah dan Hamba Thaghut. Hamba Allah ini selalu diperhatikanNya. Kalau hamba Thaghut Allah juga kasih tapi tidak diperhatikan.
Wahai diriku, yang mendamba Rahmat Tuhanmu, adalah penting untuk menjadi hamba Allah, agar selamat dunia akherat. Untuk itu manakala memulai sesuatu, mulai lah dengan nama Allah. Memulai dengan nama Allah, artinya juga harus menjalankan sesuatu dengan logika Allah.
Dalam hal memulai sesuatu, Allah berfirman, Allah akan memberikan amanah ( berupa harta, kekuasaan, dll ) kepada orang-orang beriman itu sesuai dengan kadar iman yang ada di dalam diri kita. Kalau mau memberi, Allah lihat-lihat dulu, kalau sekira malah merusak Allah tidak beri. Tapi kalau hamba thaghut Allah memberi, memberi saja. Tidak mempertimbangkan dari sisi RahimNya.
Contoh rejeki, Rejeki itu di dunia ini seperti pesawat besar, berputar-putar di atas siap mendarat. Tapi kalau bandaranya kecil, maka dia tidak mendarat. Karena kalau dipaksakan mendarat, kalau tidak bandaranya rusak pasti pesawatnya yang hancur. Allah akan memberi rejeki hambanya yang beriman dengan melihat kadar besar dan kuatnya bandaranya. Besar dan kuatnya hati hambanya menerima rejekinya. Kalau hamba thaghut Allah tidak perlu melihat kualiats bandaranya ini.
Maka ini menjadi rumus orang beriman. Misalnya dia ingin memulai bisnis. Diperbaiki diri. Siapkan diri untuk menerima rahmat Allah. Karena pada waktu rahmat datang, bercucuran rahmat Allah, bercucuran kekayaan Allah. Karena Allah maha cepat perhitungannya, maka pemberian Allah pun datang begitu cepat. Sampai-sampai yang menerima pun terkesima, karena begitu derasnya rejeki Allah. Asalkan Allah melihat dia siap menerima amanahNya.
Tapi kalau sekira malah merusak ditahanNya. Ditunggunya sampai hambaNya siap. Dan diberiNya sebatas itu tidak merusak.
Maka wahai diri ini sendiri, bina lah akhlak dahulu, perbaiki diri dahulu, sampai siap menerima ketika amanah itu datang. Maka rejeki pun akan datang, sebagai rahmat, bukan malah sebagai batu yang akan menggelincirkan kita di akhir perjalanan...
No comments:
Post a Comment