MENGGAPAI SURGA MELALUI BISNIS ISLAMI
Oleh Deffy Ruspiyandy
Berbisnis tidak sekedar mengejar keuntungan duniawi, itulah yang sering diucapkan Djoko Prijo Sasongko, pemilik toko Amanah Muslim. Keuntungan duniawi tetaplah pemting, karena berbisnis Islami ujungnya adalah hal tersebut dan kepercayaan modal berharga untuk kemajuan bisnis yang dijalankan.
Awalnya sekitar tahun 1997 saat ia menjalankan ibadah haji dan berusia 35 tahun Kala itu usai melakukan wukuf dilanjutkan jumroh aqabah dan thowaf ifadah. Tentu saja Joko tidak tidur sehari semalam. Mau tak mau harus kembali ke Mina karena dirinya diamani sebagai ketua rombongan waktu 35 apalagis aya kepala rombongan. Rombongan kala itu menggunakan kendaraan, namuns ang supir justeru menurunkan semuanya kira-kira 200 meter dari tenda penginapaandi tengah terik matahari yang menyengat tubuh. Dalam kondisi jalan sempoyongan, pokoknya semua lelah, ternyata di saku ada 2 real lalu dibelikanlah minuman. “ Saat saya sedang asyik minum, mungkin satu dua teguk, anggota saya minta. Kemudian saya berikan, saya katakana kalau ada sisa, lakukan estafet kepada yang lain. Saya membayangkan belum pernah minum sesegar itu lalu diputus. Semoga itu saya lakukan dengan ikhlas. Mungkin, piker saya air sorga seperti itu. Lalu muncul keinginan dalam hati, akan terasa bahagiaan aat berbagi. Saya berdoa, Ya Allah pertemukanlah saya dengan orang-orang yang membutuhkan dan berikanlah saya kemampuan untuk bisa membantu mereka,” terangnya kepada Sabili yang menemuinya di Pasar Baru Kota Bandung lantai IVA2 No. 78G baru-baru ini.
Bisnisnya dilatarbelakangi pula saat ia bekerja di luar negeri. diantaranya Brazil, AS, Perancis, Belgia dan Turki terutama waktu 2 tahun di Brazil. Kalau secara materi, menurutnya sangat melimpah bila dibandingkan dengan di PT Dirgantara Inodnesia. Di sana ia bekarja sebagai Konsultan Ahli. tetapi di sana bila ingin beribadah selalu terkendala karena tak ada Mesjid.hingga untuk Shalat Jumat saja harus bolak-balik menghabiskan waktu 2 jam termasuk untuk Shalat wajib pun begitu. Tepatnya ia bekerja Sao Jose Dos Campos dan kalau Shalat ke kota Taobate. Lalu Joko curhat, gaji besar tapi untuk Shalat Jumat cukup jauh. “Terus terang, ketidaknyamanan terjadi saat itu, . isteri pakai kerudung saja dilihati orang dan selalu dicurigai. Muncul statemen saya kala itu, kalau saya punya penghasilan bersih 10 juta perbulan dari usaha, maka saya akan buka usaha dan itu terkabul tahun 2001.” kenangnya.
Baginya, membuka usaha itu tidak sekedar untuk mencari keuntungan dunia semata, menjalankan usaha itu harus diarahkan guna membantu orang-orang yang menbutuhkan termasuk untuk kebutuhan haji. Ia pun terismpirasi pula dengan Raja Fahd yang dijuluki Pelayan Dua Tanah Haram. Beliaulah yang mengayomi dan membangun Mesjid Nabawai dan Mesjidil Haram. “Itulah yang menginspirasi saya sehingga memilih perlengkapan muslim untuk bisnis yang saya pilih ini.: ujarnya.
Memulai usaha dengan beli kios di Pasar baru luas 6, 25 meter seharga 200 juta. Dirinya menggunakan penbdekatan yang berbeda saat itu yaitu One Stop Shopping. Semua kebutuhan ibadah muslim disediakan Joko bersyukur usahanya berkembang.Alhamdulilah walau dalam kondisi yang terbatas. Menurutnya, pelanggan banyak terkesan dengan pendekatan yang dilakukannya hingga ada yang menyarankan mengapa tidak jual al-Quran. Ia mengikuti saran itu. Awalnya kontrak untuk al-Quran saja lalu ditambahi buku-buku Islam, kaset murrotal dan nasyid. Sekarang justeru menjadi toko buku tersendiri. Katanya, kios yang dimilikis ekarang jumlahnya 6 dan 1 ngontrak. Dia berani mengklaim kalau tokonya adalh satu-satunya di Pasar Baru Kota Bandung yang mengunakan konsep OSS tadi. Joko pun belajar mencoba menerapkan bisnis Islami, sebagaimana Nabi mengambil keuntungan dari bisnisnya. Ia belajard ari referensin yang ada kemudian ia menetapkan 15 % saja. “Saya sengaja mengerem untuk dapat berbagi dengan orang yang membutuhkan. Harga yang ditawarkan relatif murah, dan itu memudahkan orang yang hendak membeli. Saya yakin Allah menilai kebaikan itu. Insya Allah, Allah akan mengajak berlari walaupun saya mengerem. Allah memberikan rezeki berlipat ganda bagi saya dan bisnis saya terus berkembang. Secara profit memang mengerem tetapi secara usaha, saya mengalami kemajuan. Kalau Allah berkehendak tentu tak bisa dibendung. Saya selalu diberi kemudahan dalam usaha.” ungkap Pria yang lahir di Blitar 17 Mei 1960.
Dalam soal pelayanan tidak sekedar menekankan jual beli semata, tetapi ia menekankan hubungan silaturahmi. Itu tercermin dari banyak pelanggan yang tidak sekedar membeli barang yang dijualnya, namun mereka ingin pula berdiskusi atau ngobrol dengannya. Dia dan pelanggannya sharing bahkan saling menginspirasi. Nama Amanah Muslim sendiri diambil dari Nabi Muhammad yang dapat gelar al-Amin, Kebetulan saat itu pun dirinya membaca dari iklan di media lokal ada toko besar untuk kebutuhan ibadah muslim namanya Amanah. Joko lalu belajar ke sana untuk maka untuk membedakannya ditambahlah kta Muslim. Juga ia pun mengambil personal branding yang ada pada diri Rasulullah. Bisanis itu pilarnya harus ada trust seperti pribadi Rasulullah yang dipercaya masyarakat luas. Waktu Ke Syiria saja ia dimodali oleh Siti Khadijah sangat besar karena dapat dipercaya mengemban amanah.
Modal awal 250 juta dan kini mungkin asset yang dimilikinya sekitar 2,5 miliar. Kini ia memiliki karyawan sekitar 15 orang. Dia menggunakan prinsip, mereka itu adalah orang-orang terbaik yang dikirim Allah dan harus diperlakukan dengan cara yang baik pula. Pendekatan kepada mereka yang dilakukannya adalah asas Self Continous Improvement yang berarti perbaikan diri terus menerus dengan poinnya iman, takwa, ilmu dan materi. Keempat hal ini menurutnya harus meningkat. Jadi setiap hari harus terus meningkat sesuai tuntunan surat al-Ashri. Juga kepada karyawannya menegaskan jangan sekali-kali mengambil barang yang bukan haknya tetapi perlu juga mereka menabung dalam bentuk apapun, contohnya bisa membantu dengan tenaga atau membantu dengan memberikan ilmu kepada orang yang belum paham. “Allah selalu melihat apa yang kita perbuat. Setiap perbuatan apapun Allah tentu akan membalasnya,” ujar suami dari Hj Prawestri.
Katanya, bisnis yang dijalaninya biasanya ramai saat Idul Fitri dan iIul Adha saja. Tetapi ia ingin mengembangkan bisnisnya ramai sepanjang tahun itu . Ias mengatakan bila backgroiundnya karyawan tentu memiliki kepastian gaji dengan pekerjaan yang dilakukannya, sedangkan pengusaha tentu akan mendapatkan hasil sesuai ikhtiar dan kinerja yang dilakukannya. Ada pedagang lama di Pasar Baru yang mengatakan, usaha di sini ramainya 3-5 bulan dan itu bisa menutupi operasional selama satu tahun. Namun ia tak sepakat dengan hal itu, pokoknya selama setahun harus bisa dimanfaatkan termasuk memanfaatkan kondisi mereka yang umroh untuk bisa meraih keuntungan tadi.
Dia mengakui usaha yang kini telah dijalankannya dari hari ke hari terus berkembang. Kebanyakan pedagang mengejar omzet, kalau dirinya justeru berusaha mencari pelanggan sebanyak-banyaknya dengan pengutamaan silaturahmi di dalamnya. Itu terasa sekitar tahun 2003-2005, setelah pelanngannya banyak maka sampai sekarang tidak pernah sepi. Dengan kepercayaan dari pelanggannya, ia bisa berpromosi secara gratis sehingga banyak mengundang pelanggan baru lainnya. Bisnisnya sendiri diakuinya, tidak sekedar mencari keuntungan duniawi tetapi mencari keuntungan akhirat juga dan ia berusaha memudahkan mereka yang ingin beribadah. Ibarat membangun mesjid dengan infaq atau sodaqoh yang bisa mengalirkan pahala walaupun kita mati. Kalau Joko mengangap dalam bisnisnya ini adalah kesempatan untuk menolong agama Allah. “Saya cuma numpang kepada-Nya. Saya bersuaha untuk memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi umat dan juga agama. Semoga ini menjadi jalan saya mencapai surga. Semoga rezeki yang didapat bisa digunakan untuk amal kebaikan,” kata ayah dari Faris Fadlurahman dan Nada Nabila Azizah.
Sebagai seorang pengusaha, ia telah memikirkan jika suatu hari kelak dirinya wafat, dia berharap keturunannya bsia meneruskan. Jika tidak ia menyiapkan karyawannya untuk bisa melanjutkan usahanya, sehingga bisnis yang dijalankannya tidak mati. Bisnis yang dijalaninya ini pun harus terus memberi manfaat. sehingga ia berkeinginan untuk bisa menjalin silaturahmi yang inten dengan para pengusaha muslim yang ada agar bisnis yang dijalankannya mendapat barokah dari Allah SWT dan yang terpenting dari usahanya adalah mampu mengentaskan kemiskinan dan mengatasi segala persoalan umat yang diterjadi.
Pada bagian akhir, Joko menekankan kepada siapapun untuk selalu berpikir positif terhadap segala sesuatu terlebih kepada urusan bisnis. Karena Allah biasanya sesuai dengan sangkaan hamban-Nya. Maka jika kita selalu berhunsnudzon kepada Allah maka tentunya Allah pun akan memberikan kebaikan dan nilai positif sesuai sangkaan kita.”Teruslah kita menjaga nilai positif itu agar selamanya kita berada dalam kebaikan, karena dengan segala kebaikan akan membuat diri kita selalu mampu menjalankan silaturahmi secara baik dan dari situ akan semakind ekat pula kita kepada Allah,” pungkasnya menjelang Dzuhur dalams ebuah kesempatan di akhir pekan.***
DEFFY RUSPIYANDY
JL. CIROYOM III NO. 286A/26 RT 06/08
B A N D U N G 40182